Pembajakan lahan sebelum penanaman bibit jagung memiliki peran krusial dalam persiapan tanah untuk pertumbuhan tanaman. Langkah ini melibatkan penggunaan alat bajak atau traktor untuk membersihkan lahan dari sisa-sisa tanaman sebelumnya dan gulma. Selain itu, proses pembajakan meratakan dan menggemburkan tanah, menciptakan lingkungan optimal bagi penanaman bibit jagung. Tanah yang tergembur memfasilitasi penetrasi akar tanaman, memungkinkan penyerapan air dan nutrisi yang lebih baik. Pembajakan juga membantu memperbaiki struktur tanah dengan mengurangi kepadatan tanah, yang penting untuk pertumbuhan tanaman yang sehat. Meskipun pembajakan masih menjadi praktik umum, beberapa teknik tanam langsung sedang dikembangkan untuk meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dan mendukung pertanian berkelanjutan.
Pembasmian tikus sebelum penanaman bibit jagung merupakan langkah penting dalam upaya melindungi tanaman dari potensi kerusakan yang dapat disebabkan oleh hewan tersebut. Tikus seringkali menjadi ancaman serius bagi pertanian karena kecenderungannya merusak akar tanaman dan memakan biji tanaman yang baru ditanam. Oleh karena itu, pembasmian tikus dilakukan untuk mengurangi risiko kerugian hasil panen. Selain itu, penerapan metode pembasmian yang tepat dapat membantu petani mengurangi penggunaan pestisida kimia yang mungkin memiliki dampak negatif terhadap lingkungan. Pemasangan Rubuha (Rumah Burung Hantu) berperan sebagai tempat singgah burung hantu sebagai musuh alami tikus. Harapannya dengan adanya burung hantu yang aktif singgah di Rubuha, populasi tikus akan berkurang, sehingga produksi tanaman pangan aman hingga panen.
Penyemprotan insektisida dilakukan sebanyak 4-5 kali selama satu periode panen jagung perlu dilakukan sebagai strategi untuk mencegah serangan jamur, hama, dan semut. Langkah ini bertujuan melindungi tanaman, meminimalkan kerugian hasil, dan menjaga kualitas biji jagung. Dengan penerapan insektisida yang tepat, petani dapat meningkatkan hasil panen secara signifikan, mencapai produktivitas yang optimal, dan memastikan keberlanjutan pertanian tanpa memberikan dampak negatif pada lingkungan.
Penyiraman perkebunan jagung dapat dilakukan dengan dua metode utama, yaitu irigasi dan manual dengan menggunakan mesin diesel. Di sisi lain, metode penyiraman manual dengan mesin diesel melibatkan penggunaan alat bantu, seperti pompa air diesel. Diesel untuk memompa air dari sumur atau sumber air lainnya dan menyiramkannya secara langsung ke area perkebunan jagung.
Untuk pemupukan, biasanya digunakan pupuk kimia bersubsidi (contohnya : Urea, TSP, PHONSKA), dan dilakukan pemupukan secara bertahap. Mulai dari pemupukan pertama dimulai setelah 10 hari penanaman, lalu pemupukan kedua dimulai setelah 20 hari penanaman, dan pemupukan ketiga dilakukan setelah 30 hari penanaman.
Di desa Tanggulangin, ada 2 jenis Jagung yang ditanam yaitu Jagung Manis dan Jagung Pahit. Keduanya memiliki masa panen yang berbeda, yaitu
60-70 hari untuk pemanenan jagung manis dan sekitar 110 hari untuk pemanenan jagung Biasa. Untuk ¼ hektar lahan dapat menghasilkan 2 ton jagung biasa,
dan menghasilkan 2-4 ton untuk jagung manis.
Pemanenan jagung juga dapat dilakukan secara manual, terutama di area kecil atau sulit dijangkau oleh mesin. Petani akan memanen jagung dengan cara tradisional yaitu menggunakan tangan untuk mengupas dan mengunduh jagungnya
. Meskipun memerlukan lebih banyak tenaga kerja, metode manual ini tetap efektif dan dapat mempertahankan kualitas jagung
yang baik.